Pena-pena itu
Berdansa dalam penjara
Hingga tintanya mengakar
Di lembar-lembar pinus yang tak lagi bernyawa
Pena- pena itu
Berduka
Ketika dirinya harus bekerja dengan paksa
Ketika dirinya sadar sedang dalam alam romusha
Pena-pena itu
Tiada henti menangis
Saat dirinya jadi saksi mati kesedihan pengemis
Saat dirinya jadi bukti kejamnya kapitalis
Pena-pena itu berteriak
Kala menyaksikan si miskin merasa sesak
Kala saksikan harta jadikan si kaya budak
Pena-pena itu
Terpaksa mendusta
Karena tak berdaya
Terpasung tubuhnya
Di bui terpenjara
Mulut pena-pena itu akhirnya membisu
Seperti mayat hidup
Membiru kaku
Dan kini
Harus rela diletakkan di peti mati
Bersama sampah hasil cipta manusia
Jogja,
Senin 28 Januari 2008
Posting Komentar